A. Pengertian
Discography adalah pemeriksaan
radiografi dari diskus intervertebralis dengan bantuan sinar-x dan bahan media
kontras positif yang diinjeksikan kedalam pertengahan diskus dengan cara
memasukkan jarum ganda untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan discography pertama kali
diperkenalkan oleh seorang Radiolog asal Swedia yaitu K. Lindblom pada tahun
1948 dan dikembangkan oleh Doward dan Butt. Pemeriksaan ini digunakan untuk
memperlihatkan herniasi discus atau degenerasi yang biasanya terjadi pada daerah
lumbo-sacral dan terkadang terjadi di daerah cervical. Discography dapat
dilakukan terpisah atau bersama-sama dengan myelography.
B. Anatomi
Discus adalah ruang persendian yang
dibentuk antara dua vertebrae yang dikuatkan oleh ligamentum yang berjalan di
depan dan di belakang corpus vertebrae sepanjang columna vertebralis. Discus
pada masing-masing corpus berbentuk pendek silindris.
Banyak lamella vertikal pada daerah
discus yang berbentuk spons, sehingga memungkinkan untuk menahan goncangan. Bagian
luarnya dilingkupi tulang keras yang tipis. Discus terdiri dari
1.
Lingkaran fibrus cartilago, merupakan lapisan
cartilago yang menutupi permukaan atas dan bawah dari setiap body vertebrae.
2.
Annulus
fibrosus, merupakan lapisan jaringan fibrus dan cartilago yang membentuk
bantalan diantara lingkaran cartilago.
3.
Nucleus
pulposus ;yaitu pusat dari annulus fibrosus.
Pada keadaan normal, discus berfungsi
sebagai penahan goncangan dan memberikan keseimbangan pada columna vertebralis
pada saat tubuh dalam keadaan tegak. Sendi yang terbentuk antara discus dan
vertebrae adalah persendian dengan gerakan yang terbatas saja dan termasuk
sendi jenis simphisis, yaitu sebuah persendian yang hanya dapat bergerak
sedikit, tetapi jumlahnya yang banyak memberi kemungkinan membengkok kepada
columna secara keseluruhan. Selama menjadi bagian yang tidak kaku dari columna
vertebralis, maka discus ini akan memberikan flexibilitas dan mempunyai tekanan
yang sama, tetapi jika dalam keadaan fleksi , ekstensi atau salah satu sisinya menahan
beban maka salah satu sisi discus tersebut akan menambah tekanan sesuai dengan
besar tekanan tersebut.
C. Indikasi
·
Ruptur
Nukleus Pulposus
·
Lesi
internal discus, yang tidak dapat dilihat pada pemeriksaan myelografi.
·
Hernia
Nucleus Pulposus (HNP)
·
Penyempitan
saluran spinal canal.
D. Kontra Indikasi
·
Alergi
terhadap bahan kontras.
·
Pendarahan
·
Multiple
sclerosis
E. Persiapan Alat & Bahan
Steril :
·
Needle
dengan ukuran 20cc dan 25
·
Spuit
10 ml dan 20 ml
·
Drawing-up
canule
·
Gallipot
·
Kain
kassa
·
Kapas
·
Media
kontras yang digunakan 0,5 cc – 2 cc Angiografin atau Conray 280 atau garam
meglumine dari iothalamate atau diatrizoate 0,5 cc – 2 cc.
Unsteril :
·
Pesawat
sinar-x dan fluroskopi
·
Kaset
dan film
·
Grid/lysolm
·
Marker
·
Gonad
shield
·
Apron
·
Botol
obat antiseptik hibitane 0,5 %
·
Botol
anastesi lokal lignocaine 1 %
·
Ampul
media kontras
·
Jarum
disposable
Peralatan dan obat-obat emergensi
F. Persiapan Pasien
Ø Jika pasien wanita, tanyakan apakah
pasien hamil.
Ø Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi
obat-obatan sebelumnya.
Ø Tanyakan apakah pasien mempunyai
riwayat asma.
Ø Penandatanganan informed consent.
Ø Melepaskan benda-benda logam pada
daerah yang akan diperiksa.
Ø Pasien puasa selama 5 jam sebelum
pemeriksaan.
Ø Pasien diberi penjelasan tentang
prosedur pemeriksaan.
Ø Dibuat plain foto posisi AP dan lateral
pada daerah yang akan diperiksa.
Ø Premedikasi : diberikan obat sedatif,
yaitu kombinasi dari 10 mg Drop ridol & 0,15 mg phenoperidin (Park, 1973).
G. Metode Penyuntikan
Pada pemeriksaan discography, ada dua cara dalam penyuntikan
media kontras yaitu :
v Dengan 1 jarum (Standard Spinal
Puncture Needle).
v Dengan 2 jarum (The Double Needle
Combination).
Double
jarum terdiri dari :
·
Jarum
ukuran 20, yang akan digunakan untuk menyuntik spinal dan mencapai annulus
fibrosus.
·
Jarum
ukuran 25 (lebih panjang dari jarum ke-1),yang akan digunakan sebagai jarum
penunjuk untuk menembus celah sampai menemukan pusat dari nucleus pulposus.
Jarum yang digunakan untuk daerah cervical biasanya digunakan
dengan panjang 2 – 2,5 inchi, sedangkan untuk daerah lumbal 3,5 – 5 inchi.
Penyuntikan dilakukan di bawah kontrol fluoroskopi. Kombinasi dengan jarum
double lebih baik daripada dengan satu jarum.
H. Prosedur Pemeriksaan
1. Pasien
diposisikan lateral decubitus, dengan punggungnya dilengkungkan serta lutut
difleksikan.Bantalan busa hendaknya ditempatkan di suatu tempat yang dianggap
perlu agar tulang belakang itu menjadi paralel dengan meja pemeriksaan.
2.
Daerah
yang akan dipunksi diberikan antiseptik.
3.
Kemudian
dengan kontrol fluoroskopi, jarum dengan ukuran 20 ditusukkan diantara ruas spinosus
dan langsung ketulang cincin dari discus yang akan diperiksa dan ujung jarum
menembus annulus fibrosus.
4. Kemudian
masukkan jarum kedua,ke dlm jarum ke satu (jarum kedua lbh pjg daripada jarum
pertama),shg jarum tsbt terletak dlm nucleus pulposus.
5.
Kemudian
dilakukan penyuntikan kontras media.
6.
Lalu
dibuat proyeksi lateral dengan jarum tetap berada di dalamnya. Bila media
kontras sudah cukup, jarum dicabut dan daerah penyuntikan ditutup.
7.
Kemudian
pasien diposisikan supine, paha difleksi secukupnya agar bagian belakang tubuh
menempel meja pemeriksaan.
8.
Kemudian
dibuat posisi AP dengan 100 – 200 cranial
I. Komplikasi
·
Rasa
pegal pada daerah punksi
·
Retro
peritenal haemorahage
·
Disc
herniation
J. Perawatan Pasien
·
Bed
rest selama 24 jam.
Periksa tekanan darah dan pernapasan setiap 30 menit
selama 4 jam pertama dan setiap 4 jam selama 24 jam